Kepuasan
dan Stress Kerja
a.
Teori
Kepuasan Kerja
Menurut Handoko,
kepuasan kerja adalah Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para
karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja:
·
Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
·
Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau
menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur
ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
·
Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang
berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai
lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
·
Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan
dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama
bekerja.
·
Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan
hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
b.
Stressor
dan Pengelolaan stress
Stress kerja
dapat diartikan sebagai sumber atau stressor
kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis,
dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan
berpotensi sebagai stressor
kerja. Stressor kerja merupakan
segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan
dapat menimbulkan stres kerja.
Pengelolaan
stress tentunya harus dilakukan oleh perusahaan dengan memperhatikan empat
aspek yang menjadi penyebab stress menurut Soewondo (1992) yang telah melakukan
penelitian di Jakarta terhadap 300 karyawan swasta,
- Kondisi dan situasi pekerjaan
- Pekerjaannya
- Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas
- Hubungan interpersonal
c.
Dampak
Kepuasan Kerja dan Ketidakpuasan Kerja
1.
Produktifitas atau kinerja (Unjuk Kerja)
Lawler dan
Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari
kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik
dan ganjaran ekstrinsik yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan
diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak
mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik yang berasosiasi dengan unjuk
kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan
dalam kepuasan kerja. Asad (2004, p. 113).
2.
Ketidakhadiran dan Turn Over
Porter &
Steers mengatakan bahwa ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis
jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih bersifat spontan
sifatnya dan dengan demikian kurang mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja.
dalam Asad (2004, p.115). Lain halnya dengan berhenti bekerja atau keluar dari
pekerjaan, lebih besar
kemungkinannya
berhubungan dengan ketidakpuaan kerja. Menurut Robbins (1996) ketidakpuasan
kerja pada tenaga kerja atau karyawan dapat diungkapkan ke dalam berbagai macam
cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh,
membangkang, mencuri barang milik organisasi, menghindari sebagian dari
tanggung jawab pekerjaan mereka.
Empat cara
mengungkapkan ketidakpuasan karyawan, (p. 205) :
1.
Keluar (Exit): Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan
dengan meninggalkan pekerjaan. Termasuk mencari pekerjaan lain.
2.
Menyuarakan (Voice): Ketidakpuasan kerja yang diungkap
melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi termasuk
memberikan saran perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasannya.
3.
Mengabaikan (Neglect): Kepuasan kerja yang diungkapkan
melalui sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, termasuk misalnya sering
absen atau dating terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat makin
banyak.
4.
Kesetiaan (Loyalty): Ketidakpuasan kerja yang
diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik,
termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa
organisasi dan manajemen akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki
kondisi.
5.
Kesehatan
Meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan, hubungan
kausalnya masih tidak jelas. Diduga bahwa kepuasan kerja menunjang tingkat dari
fungsi fisik mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan.
Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga
peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya
penurunan yang satu mempunyai akibat yang negatif
Sumber
Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-teori-tentang-kepuasan-kerja-dan.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres-kerja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar